Sajadah
Cinta
Perang sulit
dalam kehidupan manusia adalah ketika melawan kemunafikkan diri sendiri. Bahkan
tanpa sadar sering kali menghiraukan perbedaan perihal hati dan lisan. Cinta
yang semula datang seperti biasa kini berubah menjadi hal yang tak seharusnya
terjadi. Berusaha maju mencapai tujuan tetapi lupa jika komponen tujuan
tersebut tertinggal. Nada cinta yang seharusnya mengiringi langah kecilnya
semacam terhambat oleh jalinan persahabatan yang selama ini di genggam.
Dalam Sajadah Cinta
kita akan mempelajari bahwa pengorbanan cinta terbesar adalah ketika merelakan
orang yang kau cintai bahagia dengan orang lain dan mengubur dalam-dalam
kalimat akhirnya hingga kau kokohkan dengan merelakannya pergi. Dan kebohongan terbesar
adalah kalimat itu.
*****
“Astagfirullah!”
adalah kata pertama yang kulontarkan, deru nafas dan detak jantung yang tak
seirama seraya memecah keheningan suasana kamar pukul 2 pagi. Mencoba mencerna
kembali dalam-dalam mimpi yang membangunkanku tadi. “ya Allah pertanda apa ini”
bergegas ku ambil wudhu dan kutunaikan tahajudku.
Keesokan
harinya ibu menyampaikan sesuatu yang belum pernah aku bayangkan akan
diucapkannya secepat itu. Kata-kata itu terus berputar-putar dibenakku,
mengganggu konsentrasiku, dan menemani setiap lamunanku. Bahkan saat dosen
berbicarapun aku tak mengerti apa yang diucapkannya, mulutnya menganga tapi tak
terdengar sepatah katapun. Aku tidak bisa mencerna setiap kata yang keluar dari
mulutnya.
“dijodohkan!”
kata itu terus bergelayut dibenakku. Ku coba mencari solusi tetapi solusi itu
tak pernah ada. Kuceritakan kepada sahabat baikku Agoy. Agoy menyarankanku
untuk mencari sendiri pasangan hidupku, ah memang itu yang aku mau. Agoy bilang
kita adalah laki-laki, kita tau mana yang baik buat kita dan kita bisa mencarinya
dimanapun yang kita mau, kitakan laki-laki ri. “Kitakan laki-laki” entahlah
kata-kata ini membuatku semakin bingung. Apakah aku harus mencari pacar? Apakah
aku harus pacaran? Sedangkan kedua hal ini yang selalu ku jauhi. Aku tak ingin
merusak keimanan yang sudah susah payah ku kokohkan.
Kurasa ini
jalan-Nya, aku mendapatkan pesan singkat yang membuatku yakin untuk mencari
pendamping hidupku sendiri. Ku coba membalas setiap pesan singkat itu
selayaknya “seorang laki-laki”. Jantungku berdegup kencang berdetak tak
beraturan setiap ku baca pesan darinya. Pesan yang datang dari teman lamaku,
teman sewaktu OPAK. Aku tak terlalu dekat dengannya, tapi sepertinya dia sangat
mengenalku. Namanya Robiatul Adawiyah, sewaktu OPAK dia sering dipanggil Obi.
Entah dari mana dia dapatkan nomer Hpku.
Setiap kata
Obi entah mengapa malah membuatku semakin tak percaya diri untuk mencari
sendiri pendamping hidupku. Perjodohan yang ibu buatkan untukku sepertinya
sudah yang terbaik buatku. Aku tak mengerti dengan diriku ini, setiap hari
setiap waktu aku semakin yakin dengan jodoh dari ibuku itu. Seperti apa
orangnya? Bagaimana akhlaknya? Apakah aku mengenalnya? Pertanyaan itu sering
muncul entah darimana.
Ibu menanyakan
kembali pendapatku tentang perjodohan itu, setiap kata yang keluar dari mulut
ibu seakan menjadi perintah buatku. Aku terpaksa menerima perjodohan ibu,
karena aku mencintainya dan tak mau mengecewakannya.
*****
Namaku
Khumairah Ar-Rifa’i, semua yang mengenalku memanggilku Khuma. Aku memiliki
seorang sahabat yang kukenal sejak pertama kali aku meninggalkan rumah dan
tinggal di kos-kosan mahasiswi ini, namanya Obi. Obi itu satu jurusan denganku
tapi kami beda kelas. Rumah Obi lumayan jauh dari kampus tapi tak sejauh
rumahku. Obi anaknya baik, lucu, bawel, rese, cuek, dan sangat bersahabat
dengan Hpnya -____- tapi dia beda banget kalo lagi dikampus. Dikampus tuh Obi
jarang banget nyapa aku, bahkan kadang seperti tak mengenalku, dia baik,
pendiam, lemah lembut, tutur katanya baik dan masih sangat bersahabat dengan Hpnya.
Entah ada apa di Hpnya, dia ga pernah melepaskan pandangannya dari layar
handphone itu bahkan saat di kamar mandi “iuukh..”.
Loh ko
sepanjang narasi ini aku hanya membicarakan Obi. Baiklah di paragraf ini aku
akan menceritakan tentang diriku, AKU. Maksudku, aku adalah perempuan. Ini apa
sih, maksudku namaku adalah Khuma, kalian semua tahukan. Yaiyalah namaku sudah
ku ceritakan diawal. Aku seorang mahasiswi, yang ini juga sudah ku ceritakan.
Lalu apa lagi yang harus aku ceritakan? “Aha!” aku akan menceritakan tentang
kisah cintaku.
Aku adalah
mahasiswi yang pendiam, baik, ga bawel, ga cerewet, ngga rame, aku ini lemah
lembut, ga berisik, ga pernah bertingkah aneh, ga pernah tidur di kelas, ngga
pernah diusir dosen karena melamun, ga usil, ga nakal, ga lucu, dan ga humoris.
Tapi sayang kata “ga” dan “ngga”nya dihapus (ToT)..
Jujur aku ga
pernah bisa bohong, nah perlu digaris bawahi ngga yang disini jujur. Aku
suka sama orang dan ga ada satu orangpun yang tau aku suka sama orang itu. Sejak
kapan? Entahlah aku juga ga tau, kalau di inget-inget kayanya sejak pertama
kali masuk kuliah (nah itu tau). Aku ga menyangka kalau bakal satu kelas sama
dia, dan ga nyangka juga kalau bakal beda kelas sama Obi “Oh God!”. Karena beda
kelas sama Obi aku ga bisa cerita soal Qori. Jadi sampai saat ini Obi ga tau
kalau Khuma bisa suka sama seorang pria, Obi juga ga tau kalau Khuma suka temen
sekelasnya. Obi juga ga tau kalau Khuma mulai jatuh cinta. Obi juga ga tau
kalau Khuma jatuh cintanya sama orang yang juga dicintainya. Hadeeeh!! Nasib
gini banget kenapa harus jatuh cinta sama orang yang sama?
Penasaran
siapa pria itu? “sama, saya juga” hadeh efek TV nih. Nama cowo itu, Abqori
Albiyan. Nah loh ko kaya kenal? Yaiyalah kan udah disebut di paragraf atas.
Qori itu baik,
sopan, lembut, penyayang binatang, ramah, pinter, eh bukan pinter tapi cerdas
(pinter mah standar), terus visualnya itu loh! ganteng, manis, unyu, lucu,
tampak berwibawa dan memang berwibawa, wibawa mobil, wibawa Iphone, wibawa
‘ninja’, idaman banget kan? Qori juga rajin ibadahnya, sering dhuha, sholat
tepat waktu, dan ga pernah main sama lawan jenis. Makanya, yang terakhir itu
yang bikin Khuma ga pernah nyapa Qori, takut dicuekin.
Malam itu,
Khuma mencoba membicarakan perihal cintanya Khuma sama Obi. Tapi ga “to the
point”, mula-mula menanyakan cinta, apa artinya cinta, kemudian membuat keppo
dengan merahasiakan perasaan sebenarnya, setelah itu menceritakan kepribadian
orang yang dicintai, jelaskan dari yang terpenting sampai bagian-bagian
terkecil, buat pendengar merasakan penasaran yang sangat amat, buat dia
merasakan apa yang kamu rasakan, setelah itu tutup mulut rapat-rapat dan
rahasiakan nama orang yang kita cintai. Berikut adalah tips Khuma membuat kesal
dan bete orang hehe. Malam itu Khuma ga berhasil melakukan tips terakhir, Obi
akhirnya tau kalau yang Khuma ceritakan adalah kepribadian Qori.
Khuma ga liat ada yang aneh sama
Obi, setelah kejadian malam itu Obi biasa aja. Ga ada perubahan, kecuali satu.
Obi pernah nanya soal facebook dan twitternya Qori, tapi Khuma ga jawab. Bukan
karena Khuma jahat atau Khuma ga mau Obi tahu banyak tentang Qori, bukan. Bukan
karena itu, tapi karena Khuma emang ga tau. Namanya juga Khuma, Khuma ga ngerti
yang begituan, udah bisa main Hp aja udah bagus.
Balik ke cerita, pernah suatu
hari Khuma duduk disebelah Qori. Waktu itu Khuma dateng telat ke kampus, pas
sampai kelas ternyata ga ada tempat duduk. Nah pas lagi pongo atau cengo atau
melongo, tiba-tiba ada suara malaikat yang meneriaki nama Khuma, “Khuma..
sini!”. kalian pasti tau siapa orangnya, ya kan?
Benar sekali, malaikat itu
adalah Qori. Bayangin bro! Duduk disebelah “pangeran ganteng dari negeri
Katulistiwa” siapa yang berani nolak? Yang jelas bukan Khuma. Terpaksa Khuma
duduk disebelah Qori, terpaksa loh terpaksa.
Dan malam harinya, dengan berat
hati Khuma ceritakan. Khuma.. Khuma.. Khuma ga bisa cerita, rasanya sakit,
sakit banget. Khuma baca pesan di Hpnya Obi, ternyata dari “Qori My Hubby”. Oh
my God! Patah hati. Ko bisa kita suka sama orang yang sama, aneh. Suka sama
satu orang yang sama, kaya judul film “3 orang 2 cinta 1 dunia” ini judul film
Khuma yang belom sempet terealisasikan, jangan samakan dengan yang sudah
beredar dibioskop-bioskop kesayangan anda.
Khuma pasrah, mungkin emang
bukan jodohnya Khuma. Obi lebih pantas dapat Qori dan menjadi pendamping
hidupnya. Khuma ikhlas dan ridho kalau Qori harus menikah dengan Obi, Khuma
ikut bahagia.
*****
Namaku Rabiatul adawiyah, Khuma
biasa memanggilku Obi. Aku sahabatnya Khuma, aku ga akan ngebiarin orang lain
menyakiti Khuma. Khuma itu lugu, baik dan lucu, walaupun cerewet, bawel,
pelupa, sembrono dan lain-lain dia tetap sahabatku, dan aku menyayanginya
seperti adikku.
Khuma pernah bercerita tentang
pria yang sedang disukainya. Saat ku tahu namanya, aku terkejut. Qori yang aku
kenalkah? Ternyata kami menyukai orang yang sama. Kini aku tahu, nama yang
selalu disebutkan Khuma dalam setiap do’anya, nama yang selalu disebutkan Khuma
dalam setiap sujudnya, nama yang selalu dikumandangkan dalam setiap kali munajatnya.
Nama itu selalu ada disela-sela doa dan harapnya. Abqori Albiyan, ternyata dia
orangnya, yang selama ini ingin ku ketahui namanya, ternyata aku sudah
mengenalnya.
Sejak malam itu, aku mencoba
mencari tahu kabar terbaru tentang Qori. Ternyata dia akan di jodohkan ibunya.
Tak tega aku mengatakannya kepada Khuma. Ku putuskan untuk mengenalkan Khuma
kepada Qori, mungkin saja Qori bisa berubah pikiran dan memilih Khuma menjadi
pendamping hidupnya. Disetiap SMS yang ku kirimkan ke Qori, aku selalu membicarakan
Khuma, kenakalannya, kelucuannya, guyonannya bahkan sering kali kuceritakan
hal-hal ngga penting yang sehararusnya tidak perlu ku ceritakan.
Sampai suatu hari, kulihat Khuma
berwajah murung. Saat ku tanyakan mengapa, dia hanya diam dan tersenyum. Tak
lama ku dengar Khuma mengatakan ingin pulang ke rumah. Khuma bilang ia rindu
ibu dan bapaknya. Tanpa basa basi Khuma pergi dari kosan, padahal sudah ku
peringatkan kalau sebentar lagi UAS.
Beberapa hari berikutnya, Qori
meneleponku, katanya ia menerima perjodohan yang dibuatkan ibunya. Dia
memintaku menjadi pendamping pengantin diacara pernikahannya. Karena dia teman
baikku dan karena akupun pernah mencintainya, aku bersedia menjadi pendamping
pengantin wanitanya.
oleh: Ummi_hafizhah@yahoo.co.id